17 Agustus dan Pers Indonesia 

Ilustrasi 17 Agustus dan Pers Indonesia

Ilustrasi 17 Agustus dan Pers Indonesia

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Demikian, Getters, satu kalimat yang sering kita dengar.  

Memang benar adanya, sebab sudah sepatutnya kita menghormati dan menghargai para pahlawan yang memerdekakan bangsa ini pada 17 Agustus 1945. 

Tapi, apa hubungannya, ya, 17 Agustus dengan pers Indonesia? 

Sejatinya, hubungan ini terletak pada pendiri bangsa itu sendiri. Ya, Getters, ternyata, tidak sedikit para pahlawan yang bergelut di bidang pers sebagai jurnalis atau wartawan.  

Biar nggak penasaran, yuk simak sama-sama artikel ini sampai selesai! 

Sukarno 

Siapa yang baru tahu kalau presiden pertama Republik Indonesia adalah seorang jurnalis? Yup, Bung Karno memang terbilang jurnalis kawakan.  

Kehidupannya di bidang pers sudah berjalan tatkala dirinya berusia belasan tahun. Saat itu, melansir JPNN.com, Bung Karno menggunakan nama pena Bima untuk menulis di surat kabar Oetoesan Hindia, surat kabar milik H.O.S. Tjokroaminoto. 

Geliat Sukarno di media tidak berhenti sampai di situ. Dia bersama kawan-kawan seperjuangannya kemudian mendirikan majalah Soeloeh Indonesia Moeda. Seakan-akan tidak ingin berhenti, pada medio 1930-an, Bung Karno juga menerbitkan majalah Fikiran Ra’jat

Sebelum majalah tersebut terbit, presiden pertama kita lebih dulu mendirikan surat kabar Persatoean Indonesia, yang terbit saban dua minggu sekali. 

Sebagai jurnalis, Bung Karno banyak menulis ide atau gagasan tentang kemerdekaan Indonesia dan persatuan Indonesia. Melalui karya jurnalistiknya, ia memperjuangkan nasib bangsanya yang kala itu masih dijajah. 

Mohammad Hatta 

Wakil Presiden ke-1 Republik Indonesia juga seorang jurnalis, Getters! Mohammad Hatta, dalam sejarahnya, ternyata pernah mengasuh majalah Hindia Putera yang kemudian bersalin rupa menjadi Indonesia Merdeka

Bung Hatta ini memang sama seperti Bung Karno yang piawai dalam menulis. Karier jurnalistiknya pun berkembang terus. 

Sebab, di kemudian hari Bung Hatta mendirikan majalah Daulat Ra’jat, sebagaimana ditulis Berdikarionline.com. Menurut Bung Hatta, majalah tersebut didirikan sebagai alat pendidikan kader. 

Pemikiran-pemikiran Bung Hatta seyogyanya tidak hanya terekam dalam surat kabar atau majalah yang ia dirikan. Akan tetapi, tersebar luas di banyak surat kabar dan majalah. 

Siti Roehana Koeddoes 

Adalah jurnalis perempuan generasi pertama Indonesia yang banyak menulis dengan tujuan memajukan bangsanya, khususnya perempuan, di bidang pendidikan.  

Roehana memang tidak main-main sebagai wartawati. Hal ini dibuktikan dengan pendirian surat kabar perempuan pertama di tanah Sumatra, yakni Soenting Melajoe pada 1912. 

Di surat kabar tersebut Roehana bertugas sebagai pemimpin redaksi. Melalui Soenting Melajoe pula, Getters, dia banyak menulis terkait pendidikan. 

Kartini 

Tokoh yang lebih dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan ini, ternyata juga seorang jurnalis! Mengutip dari Liputan6.com, Kartini banyak menulis untuk surat kabar dan majalah.  

Pemikiran-pemikiran hebat Kartini pernah terbit di De Echo, majalah perempuan yang bermarkas di Yogyakarta. Saat itu, Kartini menggunakan nama pena Tiga Saudara.  

Lebih lanjut, pahlawan kita ini ternyata juga menulis di surat kabar ternama pada masanya, yakni De Locomotief, yang berkantor di Semarang, Jawa Tengah. 

S.K. Trimurti 

Berikutnya, pahlawan yang juga jurnalis adalah S.K. Trimurti. Istri dari Sayuti Melik—pengetik naskah proklamasi—ini, ternyata wartawati hebat. Tidak tanggung-tanggung, melansir PikiranRakyat.com, di masa Indonesia belum merdeka, dia pernah menjadi redaktur surat kabar Pesat

Sejarah mencatat, S.K. Trimurti juga pernah menjadi jurnalis Pikiran Rakyat dan Genderang. Digambarkan, tulisan-tulisannya amat padat dan jernih. 

Ki Hadjar Dewantara 

Getters, kita lebih mengenal sosok Ki Hadjar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Namun, sebagai pahlawan, dia ternyata seorang jurnalis hebat, seperti yang diwartakan Okezone.com

Karya-karya jurnalistiknya banyak terbit di berbagai surat kabar dan majalah. Misalnya, De Express, Oetoesan Hindia, Midden Java, Tjahaja Timoer, Poesara, dan Kaoem Moeda

Tulisannya yang paling tersohor diterbitkan De Express dengan judul Als ik een Nederlander was atau Seandainya Aku Seorang Belanda. Tulisan ini bersifat satire yang menyindir sekaligus mengkritik penjajah Belanda saat itu.  

Lantaran tulisan tersebut pula, Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan diasingkan pemerintah Hindia Belanda. 

Tan Malaka 

Sosok yang satu ini adalah jurnalis kawakan yang tulisannya banyak terbit di media. Misalnya, Deli Spoor, Sumatera Post, dan Het Vrije Woord.  

Dalam karya-karya jurnalistiknya, Tan Malaka menuangkan pikirannya untuk membela bangsanya untuk merdeka. 

Bukan Jurnalis Ecek-Ecek 

Nah, Getters, itulah sedikit uraian tentang pahlawan dan pendiri bangsa Indonesia yang berkecimpung di dunia pers. Selain yang sudah disebutkan di artikel ini, sejatinya masih banyak lagi pahlawan dan pendiri bangsa yang juga seorang wartawan atau wartawati. 

Dapat dikatakan mereka semua bukan jurnalis kaleng-kaleng. Sebab, melalui tulisan-tulisan, mereka bisa membangkitkan semangat bangsa untuk terus berjuang agar merdeka.  

Namun, kita juga bisa, kok, mengikuti jejak pendiri dan pahlawan bangsa dengan menjadi jurnalis yang nggak kaleng-kaleng. Caranya? Dengan meningkatkan skill menulis jurnalistik. 

Buat kamu yang tertarik, tapi bingung di mana belajarnya, nggak usah khawatir. Pasalnya, sekarang ada kelas “Belajar Membuat Liputan Mendalam bagi Calon Wartawan dan Kontributor Media” di GeTI. Yuk, ikutan! 

6 Cara Menulis Seperti Wartawan

Ilustrasi Pekerja Media

Kita semua pasti pernah baca berita, entah di media online, surat kabar, atau majalah. Saat kita baca berita, sadar atau tidak, wartawan selalu menyajikan kita informasi yang ringkas, jelas, dan padat.

Ternyata, Getters, hal tersebut punya tujuan, lho! Salah satunya, agar informasi yang disampaikan mudah dipahami oleh pembaca.

Di sisi lain, artikel yang ditulis menggunakan pendekatan gaya jurnalis, sejatinya juga enak dibaca. Maka, tidak salah kalau di antara kita ada yang ingin belajar menulis seperti wartawan.

Jika kamu ingin menjadi wartawan pun, ini juga bukan soal. Apalagi, di era digital seperti sekarang ini, profesi jurnalis semakin dibutuhkan. 

Sebab, dalam proses kerjanya, seorang wartawan bertanggung jawab untuk mengonfirmasi informasi. Dengan begitu, persebaran informasi bohong atau tanpa konfirmasi bisa diminimalisir. 

Hal tersebut sejatinya penting, mengingat di media sosial banyak sekali informasi yang justru bukannya mendidik, tapi menyesatkan publik.

Nah, atas dasar itulah artikel ini ditulis, yang tujuannya adalah menyampaikan informasi terkait cara yang dilakukan agar bisa menulis seperti wartawan. 

Tulisan ringkas ini pun diperuntukkan untuk kamu yang tertarik menjadi jurnalis dan sedang mencari informasi yang berkelindan dengannya.

Jadi, yuk, Getters, kita simak bersama!

Kenali Ciri-ciri Berita

Sebelum kita membahas lebih lanjut cara menulis ala wartawan, ada baiknya kita cari tahu lebih dulu ciri-ciri berita. Hal ini diperlukan agar kita memahami bagaimana alur seorang jurnalis menulis. 

  • 5 W + 1 H

Dalam menyajikan informasi, seorang wartawan wajib menyertakan 5 W + 1 H yang terdiri dari apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. Hal ini dibutuhkan karena informasi yang disampaikan harus lengkap dan berdasarkan fakta.

  • Objektif

Jika kamu ingin menulis seperti wartawan atau bahkan berkarier jadi wartawan, maka perlu belajar untuk objektif. Demikian disampaikan karena dalam menulis berita, wartawan harus objektif atau tidak memihak dan menyertakan opini/prasangka pribadi dalam berita yang ditulis.

  • Gunakan Bahasa Sederhana dan Lugas

Seperti yang sudah disinggung di awal, berita yang ditulis wartawan umumnya mudah dipahami. Sebab, dalam penulisannya, wartawan perlu menggunakan kata-kata yang sederhana dan lugas atau tidak bermakna ganda. 

  • Struktur Jelas

Ingin bisa menulis dengan kalimat ringkas, tapi isinya padat? Kuncinya adalah menulis dengan struktur yang jelas. 

  • Aktual

Umumnya informasi dalam berita bersifat aktual. Dalam konteks tertentu, ada pula berita yang tidak aktual. Contohnya, feature, jurnalisme data, atau investigasi.

Komponen Berita

Agar kamu bisa memahami alur penulisan ala jurnalis, maka kamu perlu tahu juga komponen yang ada di dalam berita. Merujuk dari berbagai sumber, dalam berita biasanya ada:

  • Judul

Judul berita ditulis untuk merepresentasikan informasi yang ingin disampaikan kepada pembaca. Oleh sebab itu, kamu tidak bisa sembarang menulis atau menentukan judul.

  • Pembuka

Dalam menulis, wartawan bisanya membuka dengan sudut pandang utama atau angle berita. Lewat paragraf pembuka ini, biasanya pembaca sudah tahu gambaran umum dari berita yang dibacanya.

  • Badan Berita

Setelah bagian pembuka, dalam berita harus ada tubuh teks. Di bagian ini, terdapat informasi yang lebih rinci atau detail atas informasi yang ingin diberitahukan kepada publik.

  • Kutipan Langsung

Di berita, kutipan langsung digunakan untuk memperkuat narasi yang ditulis. Namun, kamu perlu ingat, kutipan langsung ini isinya adalah pernyataan dari narasumber yang keterangannya bisa dipertanggungjawabkan.

  • Latar Belakang

Di dalam berita, selalu ada latar belakang. Wartawan menyertakan latar belakang ringkas terkait informasi yang diberitakan untuk membantu pembaca mengetahui duduk mula informasi yang dibacanya.

Sampai sini kita sudah mengetahui ciri-ciri berita dan komponen berita. Lantas, selanjutnya apa yang diperlukan agar bisa menulis berita seperti wartawan?

Menentukan Topik

Seorang wartawan tentu saja tidak sembarangan menulis. Dengan kata lain, selalu ada tema, topik, atau isu tertentu. 

Dalam konteks tulisan, topik memang penting karena bisa menjadi arah atau peta kamu. Tujuannya, agar tulisan kamu lebih fokus dan tidak melebar ke mana-mana.

Sementara itu, dalam dunia jurnalistik, topik yang dipilih biasanya adalah isu-isu kekinian, cerita tentang manusia, perkembangan teknologi, ekonomi, politik, hukum, hiburan, dan masih banyak lagi.

Mencari Sumber

Kalau kamu sudah menentukan topik, maka langkah berikutnya agar bisa menulis seperti wartawan adalah mencari narasumber. Dalam berita, narasumber bisa dibagi menjadi dua: primer dan sekunder.

Narasumber primer adalah orang yang mengetahui langsung peristiwa. Sedangkan narasumber sekunder adalah orang yang mengetahui peristiwa, tapi tidak langsung.

Dalam menulis berita, sumber tidak terbatas pada keterangan orang. Akan tetapi, kamu juga bisa memanfaatkan laporan-laporan dari lembaga, hasil penelitian, atau data yang relevan. Yang terpenting, kamu bisa memastikan narasumber atau sumber yang digunakan memang kredibel, bisa dipertanggungjawabkan, dan relevan.

Riset

Riset atau observasi dalam menulis berita dibutuhkan agar segala informasi yang kamu sajikan sudah terkonfirmasi. Dalam proses ini, hal yang bisa dilakukan adalah melakukan wawancara dan dokumentasi.

Menulis

Ketika semua sudah kamu lalui, maka tahap berikutnya adalah menulis. Jika tulisanmu ingin seperti wartawan, maka kamu harus ingat-ingat betul ciri-ciri berita dan komponen berita yang sebelumnya sudah disampaikan di awal.

Itulah informasi singkat yang bisa disampaikan perihal enam cara yang diperlukan agar bisa menulis seperti wartawan. Sudah barang tentu kamu bisa mempraktikkan ini di kehidupan sehari-hari. 

Namun, andai kata kamu ingin mendalami keterampilan menulis berita dan menjadi wartawan sungguhan, maka jangan khawatir. Sebab, saat ini siapa saja bisa menjadi jurnalis.

Apalagi, sekarang sudah ada pelatihan yang bisa meningkatkan skill kewartawanan. Sekali lagi, wartawan, ya, bukan copywriting! Nah, salah satu pelatihan yang dimaksud ada di LPK GeTI dengan kelas “Belajar Membuat Konten Berita bagi Wartawan Kontributor Media di Era Digital”.

Di kelas tersebut kamu akan mendapatkan materi tentang persiapan menulis berita jurnalistik, belajar menyunting konten berita, sampai memahami aktivasi media sosial sebagai saluran media digital.