4 Alasan Mengapa Green Skills Dibutuhkan dan Contoh Pekerjaannya

Beberapa waktu terakhir, kita semakin banyak mendapatkan informasi mengenai krisis iklim. Seiring itu, ternyata berkembang juga pembahasan tentang kebutuhan akan green skills atau keterampilan hijau.

Secara sederhana green skills bisa dibilang sebagai kumpulan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis iklim. Tidak hanya itu, di saat yang sama keahlian tersebut juga menguntungkan secara ekonomi.

Hal tersebut sangat wajar banget. Pasalnya, semakin ke sini, keterampilan hijau ternyata makin banyak dicari. Makanya enggak mengherankan beberapa tahun belakangan ini, mulai banyak yang menyertakan green skills sebagai kualifikasi dalam lowongan pekerjaannya.

Namun, sangat mungkin di antara kita ada yang belum mengetahui alasan mengapa green skills dibutuhkan selain mengatasi krisis iklim. Lalu, bisa jadi masing-masing dari kita masih ada juga yang belum tahu contoh pekerjaan yang berhubungan dengan green skills.

Maka itu, Getters, dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai alasan yang membuat green skills semakin dibutuhkan. Lainnya, kita bakal mencari tahu bersama-sama jenis pekerjaan apa saja yang membutuhkan keterampilan tersebut.

Tren Lapangan Kerja Naik

Alasan mengapa green skills dibutuhkan tidak lain karena adanya peningkatan kebutuhan akan keterampilan tersebut. Artinya, semakin ke sini lowongan pekerjaannya makin banyak! Hal ini sebagaimana temuan LinkedIn—platform yang menyediakan informasi lowongan kerja—dalam “Global Green Skills Report”.

Laporan tersebut menyatakan lapangan kerja yang membutuhkan green skills naik sampai 22,4% pada 2023. Sementara di dalam negeri, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas) juga menemukan hal serupa. 

Dalam risetnya, Bappenas memprediksi sampai 2045 nanti ada 15 juta lapangan kerja baru terkait green jobs. Nah, green jobs atau pekerjaan hijau ini sangat berhubungan erat dengan green skills

Adapun lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios), menyatakan akan ada jutaan lapangan kerja baru dalam 10 tahun ke depan ketika Indonesia masuk pada transisi hijau. Tak tanggung-tanggung, jumlah yang diprediksi mencapai 19 juta lapangan kerja! Banyak banget kan?

Maka itu, Getters, kita bisa menyimpulkan pernyataan lapangan kerja yang membutuhkan keterampilan hijau semakin banyak itu benar adanya.

Persaingan Rendah

Tidak mengherankan mengapa orang-orang mulai mencari tahu green skills. Pasalnya, lapangan kerja yang semakin dibutuhkan saat ini dan masa depan itu, ternyata tidak disertai dengan kenaikan orang-orang yang memiliki green skills.

Kalau kita merujuk ke “Global Green Skills Report”, maka kita mendapati keterangan, meski kebutuhan akan keterampilan hijau naik, tapi kenaikan orang yang mengunggah green skills di profilnya tidak banyak atau cuma naik 12,3%.

Oleh karena itu, seseorang yang menekuni green skills memiliki peluang yang besar untuk berkarir di sektor ekonomi hijau dan berkelanjutan. Kalau begini, bisa-bisa bukan nyari kerja, tapi pekerjaan yang menghampiri!

Potensi Naik Pendapatan

Alasan mengapa green skills dibutuhkan berikutnya berhubungan sama pendapatan atau gaji. Lantaran keahlian tersebut sangat dibutuhkan, maka orang-orang yang memilikinya berpotensi punya gaji yang tinggi.

Kenapa bisa begitu? Umumnya, Getters, gaji atau pendapatan yang di atas rata-rata ini bisa diperoleh karena perusahaan sering banget memberikan apresiasi lebih kepada pegawainya yang punya green skills. Apresiasi ini salah satunya bisa berupa kenaikan gaji.

Di samping itu, green skills juga sangat membuka peluang kita untuk memiliki usaha sendiri yang ramah lingkungan. Misalnya, mengolah limbah kertas dan plastik menjadi barang kerajinan tangan untuk dijual kembali.

Hal semacam itu tentunya bisa menjadi sumber pendapatan baru untuk kita. Selain itu, usaha yang menerapkan konsep ekonomi hijau atau mendaur ulang, tentunya lebih mudah diterima masyarakat.

Manfaat untuk Lingkungan

Selanjutnya, green skills semakin banyak dicari dan digandrungi banyak pihak karena orang yang menguasainya tidak hanya memperoleh manfaat finansial. Sebab, mereka yang memiliki keterampilan hijau sudah barang tentu memberikan sumbangsih nyata untuk kelestarian lingkungan.

Hal itu tentu saja menjadi kebanggaan untuk diri kita sendiri. Sebab, selain mencari rezeki, di saat yang sama kita ikut serta menjaga lingkungan dan mengatasi krisis iklim yang dampaknya sangat buruk, seperti: suhu Bumi makin panas, sering banjir, atau kebakaran hutan.

Contoh Pekerjaan yang Membutuhkan Green Skills

Setelah mengetahui empat alasan mengapa green skills dibutuhkan, tibalah Getters untuk kita mencari tahu beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tersebut. Jika kita mengacu pada ekosistem ekonomi hijau, maka diketahui ada ratusan jenis green jobs di tanah air.

Hal tersebut berdasarkan publikasi Bappenas terkait “Peta Okupasi Nasional Green Jobs” dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Di laporannya, Bappenas berhasil mengidentifikasi ada 191 okupasi pekerjaan green jobs.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut fokus pada lima area. Antara lain: pertanian, manufaktur, energi terbarukan, jasa pariwisata, dan konstruksi. Adapun jenis pekerjaannya, seperti: auditor lingkungan, spesialis pertanian organik, dan analis kebijakan energi.

Sementara menurut LinkedIn, tiga green jobs yang banyak dicari perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah agronomis, analis energi, dan sustainability manager.

Kendati demikian, sejatinya green skills dibutuhkan di seluruh industri, sebab keterampilan ini merupakan respons dari perubahan iklim. Adapun jenis pekerjaan ekonomi hijau yang termasuk menjanjikan, yaitu: carbon accounting, ecopreneur, dan corporate social responsibility (CSR).

Carbon Accounting

Salah satu jenis pekerjaan yang memiliki dampak nyata adalah carbon accounting. Orang yang bekerja sebagai akuntan karbon bertugas melakukan penghitungan jumlah gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan, baik langsung maupun tidak, dari suatu aktivitas ekonomi atau organisasi.

Seseorang yang mempelajari penghitungan emisi karbon, maka ia akan bersentuhan dengan hal-hal, seperti dokumen pemilihan faktor emisi karbon, karbon hutan, atau penghitungan selisih emisi dan serapan karbon.

Ecopreneur

Mereka yang berprofesi sebagai ecopreneur adalah wirausaha yang menjual dan menciptakan produk dan/atau jasa yang ramah lingkungan. Dalam penerapannya, seorang ecopreneur berdiri di atas prinsip ekonomi lingkungan dan ekologi.

Maka dalam menjalankan bisnisnya, selain mencari keuntungan finansial, fokus dari penerapan ecopreneur adalah pengurangan dampak lingkungan. Oleh sebab itu, Getters, setiap produk yang dihasilkan pasti meninggalkan limbah yang minim, sehingga biaya produksi bisa lebih rendah.

Keuntungan lain yang bisa diambil sebagai ecopreneur adalah potensi mendapatkan pendanaan dari banyak pihak atau kelompok tertentu. Akan tetapi, seorang ecopreneur perlu juga melengkapi dirinya dengan keterampilan penunjang. Tujuannya, agar bisa memaksimalkan kompetensi hijau yang dimilikinya.

CSR

Profesi lain yang masuk kategori ekonomi hijau adalah CSR. Seseorang yang bekerja sebagai CSR, biasanya akan berhadapan dengan tugas-tugas, seperti menyiapkan kader pemberdayaan masyarakat, inovasi untuk pemberdayaan masyarakat, dan mengembangkan kemandirian.

Oleh karena itu, tugas-tugas yang bakal dilakukan seorang CSR lebih banyak bersentuhan dengan aktivitas sosial.

Nah, Getters, demikianlah penjelasan yang bisa disampaikan perihal alasan mengapa green skills dibutuhkan saat ini dan di masa depan. Selain itu, kita pun sudah mengetahui bidang dan contoh pekerjaannya. 

Maka itu, jika Getters tertarik bekerja di bidang yang membutuhkan green skills, ada baik untuk tidak menunda-nunda belajarnya. Sebagai informasi, saat ini LPK GeTI sudah menyediakan kelas program prakerja Penghitungan Emisi Karbon dan Penyusunan Program CSR Perusahaan yang dapat membantu kamu membangun karir di sektor ekonomi hijau, lho!

Studi Independen Global Digital Talent Entrepreneur GeTI Incubator MSIB Batch 6

Publish rate

Rp 4.000.000

Durasi Kegiatan

16 Feb – 30 Jun 2024 (4 bulan)

Rincian Kegiatan

Program Studi Independen Global Digital Entrepreneur yang diselenggarakan oleh GeTI Incubator adalah inisiatif pendidikan yang menawarkan beragam program unggulan di bidang digital marketing dan kewirausahaan digital. Program ini dirancang untuk memberikan mahasiswa pemahaman mendalam dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk berkembang dan berhasil di era digital yang terus berkembang. GeTI Incubator menawarkan berbagai program studi independen yang mencakup Store Operator Marketplace Specialist, Digital Marketing, Digital Creative Content Creator, Global Entrepreneur, dan Logistic Export, Alibaba GDT. Setiap program dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam dan keterampilan praktis dalam bidang-bidang yang sangat relevan di dunia digital marketing. Cakupan program studi independen di GeTI Incubator:

1.Store Operator Marketplace Specialist: Program ini bertujuan memberikan pemahaman yang mendalam tentang pengelolaan dan optimalisasi operasi toko di platform marketplace. Mahasiswa akan mempelajari strategi penjualan, manajemen inventaris, dan pelayanan pelanggan di lingkungan marketplace.

2.Digital Marketing: Program Digital Marketing membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai strategi pemasaran digital yang efektif. Mereka akan memahami cara menggunakan berbagai saluran pemasaran digital, periklanan online, serta analisis data untuk meningkatkan performa kampanye.

3.Digital Creative Content Creator: Program ini fokus pada pengembangan konten kreatif yang menarik untuk media digital. Mahasiswa akan belajar cara menciptakan konten visual, teks, dan multimedia yang relevan dan menarik bagi audiens online.

4.Global Entrepreneur: Program ini mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi wirausaha global dengan memberikan wawasan tentang ekspansi bisnis ke pasar internasional, strategi perdagangan global, dan tantangan yang terkait.

5.Logistic Export: Program Logistic Export memberikan pemahaman mendalam tentang logistik ekspor, manajemen rantai pasokan global, serta persyaratan perdagangan internasional. Mahasiswa akan memahami seluruh proses ekspor barang dan dokumen yang terkait.

6.Alibaba GDT memberikan pemahaman mendalam tentang Alibaba Global Digital Talent Program

Rincian Program Studi Independen Global Digital Entrepreneur

Durasi Total: Program ini terdiri dari 20 SKS (Satuan Kredit Semester) dengan rincian konversi SKS = 20 SKS/semester, dengan total Durasi Pembelajaran: Mahasiswa akan menghabiskan waktu belajar selama 40 jam/minggu. Metode Tatap Muka Sinkronus: Selama program, mahasiswa akan berinteraksi dengan mentor secara tatap muka selama 2 jam. Tugas Terstruktur: Mahasiswa akan diberikan tugas terstruktur yang memerlukan waktu sekitar 4 jam per minggu. Belajar Mandiri Asinkronus: Mahasiswa akan menghabiskan waktu untuk belajar mandiri asinkronus selama sekitar 2 jam per minggu.

Manfaat Program Bagi Calon Peserta

Program studi independen Global Digital Entrepreneur di GeTI Incubator menawarkan sejumlah manfaat berharga bagi calon mahasiswa:

1.Pengembangan Keterampilan Praktis: Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan praktis yang sangat relevan di dunia kerja, seperti manajemen proyek, analisis data, pengembangan produk, dan komunikasi profesional. Ini membantu mereka untuk meraih sukses dalam dunia digital marketing.

2.Pemahaman Mendalam tentang Industri: Mahasiswa akan mendapatkan pemahaman mendalam tentang dinamika dan tantangan dalam industri kewirausahaan dan inovasi. Mereka akan belajar bagaimana bisnis startup beroperasi dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat.

3.Jaringan Profesional yang Bernilai: Selama program, mahasiswa memiliki kesempatan untuk membangun jaringan profesional yang berharga. Ini termasuk interaksi dengan anggota tim GeTI Incubator, mentor, dan pemangku kepentingan eksternal, membuka peluang kolaborasi dan pertumbuhan karier.

4.Mengaplikasikan Pengetahuan: Program studi ini memungkinkan mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh di kelas ke dalam situasi dunia nyata. Ini membantu menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, memungkinkan mahasiswa untuk menjadi praktisi yang lebih kompeten.

5.Kontribusi Aktif dalam Inovasi: Mahasiswa program magang akan berkontribusi aktif dalam berbagai proyek dan inisiatif di GeTI Incubator. Ini memberi mereka kesempatan untuk merasakan dampak positif yang mereka buat dalam perusahaan dan menjadi bagian dari inovasi dalam dunia digital marketing.

6.Persiapan Karier yang Solid: Magang di GeTI Incubator merupakan persiapan yang kuat untuk karier di bidang kewirausahaan, inovasi, atau bisnis digital. Pengalaman ini dapat memperkuat CV mereka dan memberikan wawasan berharga kepada calon pemberi kerja.

Link publish lowongan di MSIB :

https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/program/studi-independen/browse/54d86ad6-09b2-43e3-9305-57afc539ebc3/f0943e56-72f8-11ee-956e-caf415b2b078

Upaya GeTI Cetak SDM Berkualitas Bersama Program Kartu Prakerja

GeTI atau LPK GeTI Incubator adalah salah satu lembaga pelatihan kerja mitra resmi Program Kartu Prakerja. Berdiri pada 2018 dan berpusat di Great Western Resort, Kota Tangerang, Banten, GeTI menjadi mitra resmi Program Kartu Prakerja sejak 2020.  

Di setiap tahun, GeTI memiliki jumlah kelas yang semakin meningkat di Program Kartu Prakerja. Pada 2018 sebagai tahun pertamanya, lembaga pelatihan kerja ini memiliki sembilan kelas. Bertambah menjadi belasan kelas pada 2021, GeTI semakin berkembang dengan memiliki puluhan kelas. 

Kemudian, pada 2023 lembaga pelatihan kerja ini makin percaya diri memperkaya katalog kelasnya menjadi berisi 44 kelas. Selanjutnya, pada 2024 direncanakan GeTI akan menambah daftar kelas yang dimiliki menjadi 50 kelas.   

Beberapa kelas yang telah dimiliki antara lain mengenai digital marketing, ekspor-impor, content creator, e-commerce, human resource, dan IT. Untuk saat ini, kelas yang paling ramai digandrungi oleh peserta Program Kartu Prakerja adalah digital marketing, berhubung bidang ini masih memiliki lini profesi yang paling banyak diminati.  

Digadang-gadang akan ada kelas baru di lembaga pelatihan kerja ini yang berfokus pada green jobs seiring dengan adanya eco industry yang diprediksi akan semakin besar permintaan profesinya di masa depan. Kelas green jobs yang tengah digodok oleh GeTI di anataranya adalah Carbon Accounting dan Corporate Social Responsibility.  

Selama enam tahun berdiri, GeTI sudah memiliki sekitar 400.000 alumni peserta Program Kartu Prakerja dengan beragam latar belakang yang didominasi oleh laki-laki. Usia peserta yang paling banyak mengikuti kelas berada di rentang 26 sampai 35 tahun dan berdomisili di kota. Lulusan SMA juga menjadi peserta paling banyak di lembaga pelatihan kerja ini.  

Menurut survei yang dilakukan oleh GeTI pada November 2023, motivasi yang paling banyak dimiliki peserta yakni keinginan untuk memperoleh keterampilan baru sebanyak 97%, keinginan untuk meningkatkan keterampilan sebesar 93%, ingin memiliki skill yang memadai untuk memulai usaha sebesar 87%, dan diikuti alasan lain seperti ingin membangun jejaring, mendapatkan pekerjaan, mengganti karier, dan mendapatkan insentif pasca pelatihan. 

Sementara itu, alasan paling besar bagi mereka dalam memilih GeTI sebagai lembaga pelatihan kerja karena kelas yang mereka minati hanya ada di sini ada sebanyak 67%. Banyak juga alumni yang akhirnya direkrut menjadi karyawan di GeTI sendiri. 

Bukan hanya menjadi lembaga pelatihan kerja yang menjual kelas pelatihan, GeTI juga banyak melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam memperkuat komitmennya untuk mencetak SDM dalam negeri yang berkualitas dan bisa bersaing di dunia kerja lokal, bahkan global. 

Seperti salah satunya yang diselenggarakan pada 2023 lalu di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk 200 alumni Program Kartu Prakerja. Biaya penyelenggaraan acara tersebut ditanggung sepenuhnya oleh GeTI sehingga semua peserta yang datang tidak mengeluarkan dana sepeser pun.  

Dalam rangkaian acara tersebut, bukan hanya alumni saja yang datang. Pejabat daerah setempat juga turut hadir. Berisi sharing session oleh para peserta yang sudah pernah mengikuti kelas-kelas Program Kartu Prakerja dan merasakan langsung manfaat pascakelas untuk keberlanjutan karier dan upaya berwirausaha, acara ini juga menjadi bentuk kampanye Lifelong Learning yang tengah digaungkan oleh Program Kartu Prakerja.  

Lembaga pelatihan kerja ini juga ikut serta dalam Indonesia Skills Week, yang juga menjadi bagian dari Program Kartu Prakerja. Indonesia Skills Week dibuat dalam menjawab antusiasme masyarakat dan tingginya minat mereka untuk mengikuti kelas dan pelatihan.  

Kelas yang dijual di Indonesia Skills Week memang di luar saldo Program Kartu Prakerja yang diberikan oleh pemerintah, tetapi harga yang ditetapkan sangat terjangkau. Kelas tersedia dari harga Rp20.000,- saja. Bahkan ada juga kelas yang diberikan secara gratis.   

GeTI juga pernah mengadakan program CSR yang bekerja sama dengan beberapa universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Februari 2023. Pada program CSR tersebut, dibagikan sebanyak 20.000 voucher kelas gratis untuk para mahasiswa/i dan fresh graduate, khususnya di Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).  

Voucher kelas yang dibagikan secara cuma-cuma yakni “Membuat Konten di Platform Video Online untuk Pengelola Pemasaran Digital” yang memiliki fokus pada literasi digital dan “Meningkatkan Kinerja Toko Online dan Layanan Pelanggan di Marketplace Bagi Spesialis Pemasaran”  yang mengacu pada pemasaran digital. 

Program CSR lain yang baru-baru ini diadakan bekerja sama dengan Tokopedia sebagai pihak digital platform. Di acara itu, para alumni yang sudah pernah mengikuti kelas di GeTI membagikan pengalamannya dalam sharing session. Terbukti sudah banyak alumni yang mengalami perkembangan karier setelah mengikuti kelas di lembaga pelatihan kerja ini.  

Beberapa hal yang sudah disebutkan di atas memberikan bukti nyata bahwa GeTI memiliki komitmen penuh dalam mencetak SDM yang memiliki skill yang dapat diterapkan di dunia kerja atau bahkan dunia wirausaha sehingga memberikan kebermanfaatan langsung, tidak hanya sekadar menjual pelatihan.  

Kelas-kelas yang tersedia di GeTI memiliki kurikulum yang sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Lebih dari itu, lembaga pelatihan kerja ini juga memiliki program sertifikasi profesi yang sudah diakreditasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sehingga memungkinkan peserta yang lolos pelatihan dan uji kompetensi mendapatkan sertifikat untuk mengukuhkan kompetensi yang dimiliki terhadap profesi terkait.

Cerita Alumni Prakerja di GeTI yang Jadi Entrepreneur!

Agung adalah seorang entrepreneur yang penuh semangat. Ia memiliki tekad lebih dalam hidup yang bisa kita jadikan teladan. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan upayanya dalam mengikuti pelatihan yang disediakan pemerintah Indonesia melalui Program Kartu Prakerja secara berkelanjutan. 

Ia adalah salah satu alumni Program Kartu Prakerja yang merasakan langsung manfaat dari bentuk komitmen pemerintah dalam mencetak SDM yang bermutu ini.   

Bukan hanya semangatnya dalam mengembangkan keterampilan saja yang perlu diacungi jempol, Agung juga memiliki semangat pantang menyerah yang perlu dicontoh. Setelah mendapatkan informasi mengenai Program Kartu Prakerja lewat saudaranya, ia sudah langsung tertarik dengan program ini. Namun, sayangnya, pada tahun 2020 ia berulang kali gagal mengakses Program Kartu Prakerja.  

Akhirnya, tiga tahun kemudian, tepatnya suatu hari pada bulan Juli 2023, Agung mencoba lagi peruntungannya ketika ia mendapatkan informasi bahwa gelombang ke-55 telah dibuka. Esoknya, ia  langsung lolos. 

Sebelumnya, ia adalah seorang karyawan. Namun, saat badai PHK terjadi di tengah pandemi COVID-19, Agung adalah salah satu orang yang terkena dampak.  

Musibah itu tidak membuatnya lembek, malah membuka pikirannya untuk mencoba mencari nafkah lewat jalan lain, yakni menjadi entrepreneur. Menjual kopi, dijajalnya sebagai peruntungan.  

Pelatihan yang diambilnya saat itu adalah belajar mengedit video dasar bagi pemula. Ia ingin tahu bagaimana caranya memproduksi konten yang menarik sehingga bisa menjadi bahan promosi produk bisnisnya. 

“Saya coba banting stir bagaimana caranya bisa terus ada pemasukan. Jadi, saya mencoba buat video, supaya jualan saya bisa jadi menarik,” ujarnya. 

Memang seperti yang kita tahu, membuat konten promosi produk tidak semudah kelihatannya. Harus memikirkan tren, jalan cerita agar menarik, pengeditan, durasi, bahkan latar belakang musik yang cocok agar tidak terkena pelanggaran hak cipta, seta strategi agar tidak mengundang kontroversi di internet. 

Kerap kali ketika sudah membuat konten, audiens yang melihat sedikit, tidak sesuai dengan niche produk yang dijual, terkena pelanggaran copyright, atau bahkan yang terburuk terkena somasi perkara konten produksi. 

Pelatihan yang diberikan di Program Kartu Prakerja, khususnya yang bisa didapatkan di PT Global Edukasi Talenta Inkubator atau LPK GeTI Incubator tidak dibuat sembarangan. Rangkaian pelatihan yang tersedia dipersiapkan sesuai dengan kurikulum, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), bahkan diampu oleh instruktur ahli yang telah berpengalaman puluhan tahun dalam bidangnya sehingga ilmunya sudah pasti paten. 

Apalagi, PT Global Edukasi Talenta Inkubator juga menerbitkan sertifikat yang dapat menjadi bukti konkret atas kemampuan semua peserta yang telah lolos pelatihan Program Kartu Prakerja. 

Agung terkesan dengan apa yang ditawarkan pada Program Kartu Prakerja ini, karena yang diberikan bukan hanya pelatihan ekstensif yang bisa diikuti secara daring dan mandiri, ada juga insentif, lowongan pekerjaan, dan beberapa aspek ptlainnya yang bermanfaat. 

Sebagai salah satu lembaga pelatihan kerja yang tergabung dalam Program Kartu Prakerja, PT Global Edukasi Talenta Inkubator turut bahagia dan bangga dengan kisah Agung, salah satu alumni yang mengakses kelas dari lembaga tersebut. Semoga ada banyak lulusan Program Kartu Prakerja di PT Global Edukasi Talenta Inkubator yang juga mengalami kemajuan di karier dan usahanya. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa angka pencari kerja yang butuh banyak lapangan pekerjaan jumlahnya masih begitu tinggi di dalam negeri. Badai PHK ini bukan cuma terjadi selama wabah COVID-19 saja, winter tech dan masalah lain juga memberikan efek domino dalam bursa kerja di Indonesia saat ini. 

Para entrepreneur berskala kecil dan menengah di dalam negeri juga masih butuh lebih banyak sorotan dan bantuan untuk bisa mengembangkan usaha mereka. 

Program Kartu Prakerja dan PT Global Edukasi Talenta Inkubator hadir memberikan angin segar dalam inisiatif mencetak ratusan ribu talenta berkualitas yang berdaya saing di level lokal bahkan global. Pengembangan keahlian dan keterampilan itu juga berguna bukan hanya untuk pencari kerja, tetapi juga entrepreneur yang ingin mengembangkan usahanya.  

Kamu mau jadi orang selanjutnya yang merasakan manfaat menjadi peserta pelatihan Program Kartu Prakerja? Segera daftarkan dirimu dan akses pelatihan-pelatihan berkualitas di PT Global Edukasi Talenta Inkubator! 

Kamu bisa memilih beragam jenis pelatihan sesuai minat dan bakatmu. Dari bidang content creator dengan belajar cara mengedit video bagi pemula seperti Agung sampai  bidang green jobs yang diprediksi akan menjadi industri baru yang memiliki permintaan tinggi di masa depan, semuanya ada di PT Global Edukasi Talenta Inkubator. 

Yuk, ikut pelatihannya sekarang!