CTA yang Bikin Audiens Klik Tanpa Pikir Panjang!

Ilustrasi CTA

Ilustrasi CTA. Sumber foto: Freepik.com/@Onlyyouqj.

Call-to-Action (CTA) merupakan elemen penting dalam setiap konten pemasaran, baik itu di website, email, atau media sosial. Namun, meski terlihat sederhana, tapi banyak juga yang gagal mendorong audiens untuk bertindak. 

Agar CTA kamu benar-benar efektif, Getters perlu lebih dari sekadar kata-kata yang menarik. Strategi yang tepat, desain yang menarik, dan pemahaman tentang perilaku audiens adalah kunci utama untuk membuat audiens mengklik tanpa ragu.

Menerapkan Elemen Urgensi dan Eksklusivitas

Salah satu trik ampuh untuk membangun kepercayaan audiens untuk segera bertindak adalah dengan menciptakan rasa urgensi dan eksklusivitas.

Manusia cenderung bertindak lebih cepat ketika merasa ada kesempatan yang terbatas. Oleh karena itu, menggunakan kata-kata seperti “Hanya Hari Ini!” atau “Stok Terbatas!” dapat mendorong audiens untuk segera mengklik karena mereka merasa takut kehilangan kesempatan.

Selain urgensi, elemen eksklusivitas juga sangat efektif. Misalnya, “Hanya untuk Pengguna Baru!” atau “Penawaran Khusus Anggota!” memberikan kesan bahwa audiens mendapatkan akses eksklusif, yang membuat mereka merasa istimewa dan lebih terdorong untuk mengambil tindakan.

Tampilkan Manfaat Langsung dalam CTA

CTA yang efektif tidak hanya memberi instruksi untuk bertindak, tetapi juga menyoroti manfaat yang akan didapat audiens setelah mengklik konten yang kita buat. Alih-alih hanya mengatakan “Beli Sekarang,” coba ganti dengan yang lebih menggugah, seperti “Dapatkan Hasil Lebih Cepat dengan Produk Ini” atau “Tingkatkan Kualitas Hidup Anda Sekarang!” Kalimat ini memberikan gambaran langsung tentang apa yang akan mereka dapatkan, yang dapat mengurangi keraguan dan memotivasi mereka untuk segera bertindak.

Manfaat langsung juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan audiens. Jika audiens kamu lebih peduli pada efisiensi waktu, CTA seperti “Hemat Waktu Anda dengan [produk]” akan lebih menggugah.

Begitu audiens melihat keuntungan yang jelas, mereka akan lebih cenderung mengklik.

Gunakan Bahasa yang Sesuai dengan Audiens

Setiap audiens memiliki gaya bahasa dan preferensi yang berbeda, dan penting untuk menyesuaikan CTA dengan bahasa yang mereka gunakan. Jika audiens Getters lebih muda atau memiliki gaya hidup yang dinamis, gunakan CTA yang terasa lebih kasual dan langsung, seperti “Mulai Sekarang!” atau “Jangan Lewatkan Kesempatan Ini!”

Sebaliknya, jika audiens kamu lebih profesional atau mengutamakan hasil, gunakan bahasa yang lebih formal dan berbobot. Misalnya, “Optimalkan Potensi Bisnis Anda dengan [produk].”

Dengan memahami audiens dan berbicara dengan bahasa mereka, CTA Anda akan terasa lebih relevan dan menarik.

Desain yang Menarik dan Mudah Dikenali

Desain CTA Anda memainkan peran penting dalam menarik perhatian audiens. Tombol CTA yang terlalu kecil atau tersembunyi akan membuat audiens kesulitan untuk menemukan dan mengkliknya.

Sebaliknya, tombol yang terlalu besar atau terlalu mencolok bisa membuat pengalaman pengguna menjadi terganggu.

Pastikan tombolnya cukup besar dan diletakkan di tempat yang strategis, seperti di bagian atas atau bawah halaman, atau setelah paragraf yang menjelaskan manfaat dari produk atau layanan.

Warna juga sangat memengaruhi daya tarik audiens. Pilih warna yang kontras dengan latar belakang untuk memastikan tombol CTA mudah terlihat.

Misalnya, tombol oranye atau hijau cerah akan sangat menonjol jika ditempatkan di halaman dengan latar belakang yang lebih gelap.

Penempatan yang Strategis

Selain desain, penempatan CTA di halaman atau dalam email juga sangat berpengaruh terhadap tingkat konversi. Letakkanlah pada posisi yang mudah dijangkau dan dilihat akan meningkatkan peluang audiens untuk mengkliknya.

Misalnya, diletakkan tepat setelah penjelasan produk atau manfaat, audiens akan lebih mudah langsung bertindak.

Bahkan, penempatan CTA di tengah halaman atau di beberapa titik yang berbeda bisa membantu menjaga audiens tetap terfokus dan memberikan mereka lebih dari satu kesempatan untuk mengklik. Untuk halaman dengan konten panjang, pastikan CTA muncul beberapa kali agar audiens tidak kehilangan kesempatan untuk bertindak.

CTA yang Menggugah Emosi Positif

CTA yang berhasil sering kali yang mampu membangkitkan emosi positif. Alih-alih menggunakan perintah yang terkesan kaku seperti “Beli Sekarang,” coba beralih ke kalimat yang lebih mengundang, seperti “Nikmati Pengalaman Baru” atau “Mulai Langkah Pertama Menuju Keberhasilan.”

Kalimat seperti ini menghubungkannya dengan tujuan yang lebih besar dan memberi audiens perasaan bahwa tindakan mereka akan membawa dampak positif dalam hidup mereka.

Menggugah emosi positif juga bisa dilakukan dengan memberikan gambaran tentang bagaimana produk atau layanan Anda akan meningkatkan kualitas hidup audiens. Misalnya, “Dapatkan Waktu Lebih Banyak dengan Solusi Kami” akan membangkitkan perasaan nyaman dan lega.

A/B Testing dan Pengoptimalan CTA

Tidak ada CTA yang sempurna pada percobaan pertama. Salah satu cara untuk memastikannya bekerja dengan baik adalah dengan melakukan A/B testing, yaitu menguji dua versi untuk melihat mana yang lebih efektif dalam mendorong klik.

Misalnya, Getters bisa menguji variasi teks, warna, atau desain tombol CTA. Hasil dari pengujian ini akan memberi kamu wawasan lebih mendalam tentang preferensi audiens kamu, dan memungkinkanmu untuk terus mengoptimalkan CTA untuk konversi yang lebih tinggi.

CTA yang Sesuai dengan Tahap Pembelian Audiens

Audiens berada pada tahap yang berbeda dalam perjalanan pembelian mereka. Beberapa mungkin baru saja mengetahui produk kamu, sementara yang lain sudah siap membeli.

Lakukanlah penyesuaian dengan tahap-tahap tersebut sangat penting untuk menghindari kesalahan dalam pendekatan.

  • Awareness Stage

Pada tahap ini, audiens baru mengenal produk Getters. CTA seperti “Pelajari Lebih Lanjut” atau “Temukan Solusi yang Tepat untuk Anda” sangat efektif untuk menarik perhatian mereka.

  • Consideration Stage

Audiens mulai mempertimbangkan produk kamu. CTA yang tepat bisa berupa “Bandingkan Pilihan Kami” atau “Baca Ulasan Pelanggan.”

  • Decision Stage 

Audiens siap untuk membeli. Gunakan CTA seperti “Beli Sekarang dan Dapatkan Diskon” atau “Gabung Sekarang untuk Akses Eksklusif.”

Kesimpulan

Untuk menciptakan CTA yang efektif, Getters perlu lebih dari sekadar menggunakan kata-kata yang menarik. Mengintegrasikan elemen urgensi, menunjukkan manfaat langsung, dan mempersonalisasikannya dengan bahasa audiens akan meningkatkan peluang untuk mengklik.

Selain itu, pastikan desain dan penempatan tombol strategis, serta lakukan A/B testing untuk terus mengoptimalkan hasil.

Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, Getters akan dapat membuatnya menjadi tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mendorong audiens untuk bertindak tanpa pikir panjang.

Beautiful smart Asian young entrepreneur business woman owner of

Apa itu Reseller? Panduan Lengkap Memahami Bisnis Menjanjikan

Apa itu Reseller?

Ilustrasi ketika reseller sedang bekerja. Sumber foto: Freepik.com/@Tirachardz.

Apa itu reseller? Ini adalah pertanyaan mendasar yang sering ditanyakan oleh siapa saja yang belum memahaminya. Sebetulnya tidak salah jika ada yang belum mengetahuinya, sebab istilah tersebut pun baru muncul seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan internet.

Teknologi dan kemajuan internet ini pun yang kemudian berdampak pada perkembangan bisnis, yang turut melahirkan istilah reseller

Mengutip dari Tempo.co, Kamus Cambridge mendefinisikan reseller sebagai seseorang yang menjual kembali produk yang sebelumnya dibeli. Umumnya mereka membelinya dari perusahaan besar atau supplier.

Berbeda dengan dropshipper yang setiap ada pesanan dikirim oleh supplier, reseller justru mengirimnya sendiri. Akan tetapi, keuntungan sebagai reseller adalah bisa melakukan branding dari produk yang dibeli.

Dengan demikian, membuka peluang untuk siapa saja yang menjadi reseller memiliki brand sendiri. Dalam perspektif bisnis, ini tentunya hal positif dan bisa memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Apa itu Reseller?

Dari penjelasan di atas, setidaknya kita sudah tahu hal-hal mendasar tentang apa itu reseller. Kini, kita pun bisa mengerti perbedaan fundamental antara dropshipping dengan reseller.

Namun, penting untuk dicatat, sekalipun seorang reseller adalah pihak yang membeli barang kepada produsen untuk dijual kembali, tapi hal ini biasanya sudah ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, bukan membeli dalam skala sedikit.

Ketentuan jumlah barang yang dibeli reseller kepada supplier biasanya tergantung dari kesepakatan. Akan tetapi, yang pasti jumlahnya tidak satuan.

Dalam praktiknya, tanpa diminta reseller pun kerap membeli dalam jumlah banyak. Soalnya, semakin banyak barang yang dibeli, maka biaya bisa lebih murah. Hal tersebut tentu membuat potensi keuntungan semakin besar.

Cara Kerja Reseller

Setelah mengetahui secara keseluruhan tentang apa itu reseller. Kini saatnya kita menelisik cara kerjanya. 

Merujuk dari beragam sumber, kita dapat ketahui ada tiga cara kerja utama menjadi reseller.

  • Riset Produk

Jika kamu mau jadi reseller, maka kamu perlu melakukan riset produk. Dalam penerapannya, riset produk bisa disesuaikan dengan target audiens sampai pembacaan data tentang produk yang paling laris dalam beberapa tahun terakhir, serta produk yang diproyeksikan dicari konsumen di masa mendatang.

Riset seperti itu diperlukan supaya kamu bisa memilih produk yang tepat untuk dijual kembali. Di sisi lain, riset di awal bisnis memang dibutuhkan karena tidak sedikit yang gagal dalam berbisnis lantaran tidak punya dasar pengetahuan yang kuat.

  • Kerja Sama

Jika riset dan produk yang ingin dilakukan sudah ada, maka tahap berikutnya adalah membangun komunikasi dengan supplier atau produsen. Di awal, kamu tidak perlu buru-buru mengambil produk dari mana. 

Akan tetapi, lebih baik riset dulu sebelum menentukan supplier mana yang kamu pilih. Dalam konteks ini, riset diperlukan agar kamu terhindar dari supplier yang tidak bisa dipercaya atau produsen yang kualitas produknya buruk.

  • Pembelian dan Pemasaran

Apabila sudah cocok dengan satu produsen, kamu bisa melakukan pembelian. Setelah itu, kamu baru dapat memasarkan kembali produknya. 

Namun, sebelum kembali dijual, ada baiknya menggunakan brand sendiri. Hal ini disarankan karena bisa meningkatkan value. Adapun proses penentuan brand sebetulnya harus sudah selesai di fase awal saat proses riset.

Itulah tiga cara kerja utama jika mau menjadi reseller. Nah, agar penjualannya semakin lancar, sebelumnya kamu perlu mempersiapkan diri dengan beragam keterampilan terkait. 

Jika kamu sudah menjalankan bisnis reseller, peningkatan skills pun masih bisa dilakukan seiring dengan keberlangsungan bisnis. Nah, perihal keterampilan, sebetulnya apa saja sih skills yang dibutuhkan?

Skills yang Dibutuhkan untuk Menjadi Reseller

Terkait ini, kita ketahui ada beberapa keterampilan penunjang yang bisa membantu kamu untuk sukses sebagai reseller. Pertama, kemampuan pemasaran. Bisa dibilang, ini menjadi keterampilan kunci yang akan menentukan bisnis kamu jalan atau mandek.

Kedua, ada juga kemampuan bernegosiasi. Keterampilan ini penting sekali, terutama untuk negosiasi harga dengan produsen. Skill berikutnya yang dibutuhkan adalah manajemen keuangan. 

Kenapa manajemen keuangan penting? Karena ini yang akan mengatur bagaimana arus keuangan bisnis kamu. Jika tidak bisa melakukannya, maka sulit untuk membuat usaha menjadi berkembang.

Keterampilan selanjutnya yang penting untuk reseller adalah kemampuan analisis pasar. Sebagai pebisnis, kamu perlu mengetahui cara membaca tren konsumen. Kemampuan ini pun bisa membantu kamu dalam beradaptasi.

Demikianlah penjelasan singkat tentang apa itu reseller, cara kerja, dan skills terkait yang dibutuhkan. Dari keterangan di atas, kita sudah mengetahui secara umum tentang reseller.

Nah, jika kamu ingin menjadi reseller tentu saja bisa. Buat pemula juga tidak perlu khawatir karena saat ini ada produsen yang memberikan kesempatan bekerja sama dengan reseller pemula.

Akan tetapi, biar bisnis sebagai reseller-nya lancar, ada baiknya ikut pelatihan dulu bersama LPK GeTI Incubator! Selain bisa ikut pelatihan dan menambah jejaring profesional, kamu juga bisa melakukan sertifikasi kompetensi.

Soalnya, di LPK GeTI Incubator juga ada lembaga sertifikasi kompetensi atau LSP. Di sana, kamu bisa mengikuti sertifikasi Online Store Operator, Digital Marketing, hingga Content Creator, yang bisa mendukung usahanya sebagai reseller.

Kalau kamu butuh informasi lebih lanjut, jangan sungkan chat admin dengan di sini, ya!

Content Creator Olahraga: Tips dan Potensi Penghasilannya

Content Creator Olahraga

Content creator olahraga sedang membuat konten. Sumber foto: Freepik.com/@Freepik.

Menjadi content creator olahraga adalah pilihan yang menarik, terutama untuk Getters yang menyukai bidang ini. Pasalnya, selain bisa menyalurkan hobi, tetapi juga sangat memungkinkan mendapatkan penghasilan yang tidak sedikit.

Mengingat adanya potensi tersebutlah, artikel ini ditulis dengan tujuan menyampaikan penjelasan tentang content creator olahraga, sehingga Getters bisa lebih memahami bagaimana cara kerjanya dan seperti apa potensi cuan-nya.

Apa itu Content Creator Olahraga?

Menurut HubSpot sebagaimana dikutip dari Detik.com, content creator adalah seseorang yang membuat materi yang memiliki unsur edukasi atau hiburan. Materi yang dibuat, nantinya bisa disesuaikan dengan target audiens.

Secara profesional, seorang kreator menghasilkan konten. Adapun jenis kontennya bisa berupa tulisan, video, gambar, atau suara. Dalam beberapa hal, hasil konten yang dibuat juga bisa perpaduan dari jenis-jenis yang sudah disebutkan.

Lalu, bagaimana dengan kreator olahraga? Dalam konteks ini, kita bisa memahami kreator olahraga adalah seseorang yang membuat konten dengan fokusnya olahraga.

Dengan demikian, bisa dikatakan setiap output konten yang dihasilkan bermuatan olahraga. Dalam praktiknya, seorang kreator olahraga bisa membuat analisis pertandingan, tutorial teknik olahraga, review produk olahraga, hingga mengangkat kehidupan seorang atlet.

Bagaimana Menjadi Kreator Olahraga?

Jika Getters ingin menjadi kreator olahraga, maka ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Antara lain:

Tentukan Niche

Sudah barang tentu kita mengetahui, bahwa dunia olahraga sangat luas. Maka dari itu, penting untuk Getters menentukan bidang olahraga yang ingin diangkat dalam konten-kontennya.

Adapun bidang yang dimaksud, bisa sepak bola, basket, tenis, golf, hiking, atau e-sport. Dari beragam bidang tersebut, kamu bisa memilih satu bidang. 

Hal tersebut disarankan agar Getters bisa lebih fokus membuat konten. Di sisi lain, memilih fokus pada satu bidang juga dapat membuat konten kamu lebih autentik dan punya target audiens yang jelas.

Pilih Platform yang Tepat

Setelah menentukan jenis olahraga yang ingin difokuskan untuk jadi materi konten, langkah berikutnya adalah menentukan platform. Perihal ini, kamu bisa menyesuaikan dengan output konten yang kamu buat.

Sebagai contoh, konten kamu lebih didominasi dengan visual dengan durasi agak lama. Maka, kamu bisa memilih YouTube. Jika durasi visualnya kurang dari lima menit, maka Instagram atau TikTok bisa menjadi pilihan yang tepat.

Penting untuk Dilakukan

Selain dua hal di atas, ada langkah lain menjadi kreator olahraga yang penting untuk dilakukan. Langkah yang dimaksud, yaitu:

Bangun Branding

Cara berikutnya untuk menjadi kreator olahraga adalah membangun branding. Dalam konteks ini, Getters bisa menyampaikannya di media sosial pribadi. 

Namun, sebelum membangun persona diri, kamu harus memastikan hasilnya sesuai dengan konten kamu. Misal, jika kamu memilih olahraga lari sebagai fokus konten, maka branding-lah diri kamu dengan hal-hal yang sejalan dengan olahraga lari.

Hal ini bertujuan agar audiens semakin percaya dengan konten yang kamu buat. Di sisi lain, ketika audiens kamu melihat kamu memang gemar lari, maka konten yang dihasilkan pun akan dianggap lebih autentik.

Selain itu, branding bisa dilakukan pula dengan menjaga interaksi bersama audiens. Dalam hal ini, Getters perlu memastikan setiap ada pesan atau komentar di media sosial selalu dibalas atau direspons. 

Adapun manfaat menjaga komunikasi dengan audiens adalah membuat citra kamu lebih membumi sebagai kreator. Di sisi lain, ini pun dapat memperluas jaringan dan meningkatkan peluang kerja sama dengan brand tertentu.

Demikian disampaikan karena brand memang lebih senang bekerja sama dengan kreator yang dekat dengan audiensnya.

Konsisten

Agar kamu bisa menjadi kreator olahraga yang sukses, maka hal penting lainnya yang tidak boleh dilewatkan adalah menjaga konsistensi dalam berkarya. Hal ini tentu saja sebagai upaya menjaga kredibilitas dan integritas kamu sebagai kreator.

Selain itu, konsisten pun bermanfaat meningkatkan kesempatan bekerja sama dengan banyak pihak. Hal tersebut bisa terjadi karena orang yang konsisten tentunya memiliki nilai lebih di mata orang banyak.

Potensi Cuan Kreator Olahraga

Setelah mengetahui apa itu content creator olahraga dan bagaimana menjadi seorang kreator olahraga, lantas seperti apa sih potensi penghasilan yang didapatnya?

Untuk yang satu ini, potensi penghasilan kreator olahraga yang pertama adalah monetisasi dari platform. Hal ini bisa dilakukan jika Getters memiliki akun di platform tertentu yang memungkinkan monetisasi, seperti YouTube.

Adapun penghasilan yang bisa diraih dari monetisasi ini beragam, bisa ratusan ribu sampai ratusan juta. Hasil tersebut biasanya disesuaikan dengan jumlah penonton dan iklan. 

Dengan kata lain, semakin banyak yang nonton dan iklan yang masuk, maka kian besar pula potensi penghasilan yang diperoleh. Lantas, gimana caranya meningkatkan audiens dan iklan? Jawabannya adalah konsisten dan tetap kreatif.

Potensi penghasilan berikutnya adalah sponsor dan endorsement. Dalam konteks kreator olahraga, dua hal tersebut bisa diberikan dari brand-brand yang mengeluarkan produk olahraga. 

Selain konsisten berkarya, agar mendapatkan sponsor dan endorsement, Getters juga harus menjaga branding, sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya.

Di sisi lain, kreator olahraga juga bisa dapat cuan dari penjualan produk. Hal ini tentunya amat memungkinkan apabila Getters punya produk sendiri. 

Demikianlah penjelasan ringkas tentang content creator olahraga dan bagaimana potensi penghasilannya. Jika Getters ingin menjalani profesi ini, tentu amat memungkinkan.

Akan tetapi, sebelum memulainya, ada baiknya kamu mempelajari skill terkait agar semakin siap menjadi seorang kreator. Adapun hal ini bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi di GeTI Incubator.

Jika Getters ingin mengetahui informasi lebih lanjut tentang pelatihan dan sertifikasi kompetensi content creator, maka teman-teman bisa menghubungi admin di sini!