Branding di Era Meme: Cara Gen Z Bangun Bisnis dari Humor
Mengapa Meme Jadi Senjata Branding Baru?

Ilustrasi Perempuan muda dengan ekspresi ceria, simbol ide kreatif Gen Z. Sumber foto: Freepik/@shurkin_son.
Di era digital yang serba cepat, perhatian adalah mata uang paling mahal. Di sinilah meme hadir sebagai alat yang unik dalam membuat branding: pendek, lucu, mudah dibagikan, dan bisa viral dalam hitungan jam.
Bagi Gen Z, yang tumbuh bersama internet dan budaya meme, ini bukan sekadar hiburan tapi bahasa sehari-hari. Maka, tak heran jika branding berbasis meme kini jadi senjata baru untuk membangun bisnis yang relevan dan dekat dengan audiens.
Tidak hanya sekadar hiburan, meme menciptakan ruang untuk menyampaikan pesan secara cepat dan mengena. Dalam strategi komunikasi digital, efektivitas penyampaian pesan sangat penting.
Saat pesan bisa dibungkus dalam bentuk meme yang lucu dan tepat sasaran, kemungkinan besar pesan tersebut akan diingat dan disebarluaskan oleh audiens.
Kekuatan Meme dalam Strategi Branding
1. Relatable = Terhubung
Meme yang bagus terasa seperti bicara langsung ke audiens. Saat brand bisa mengangkat keresahan, lelucon, atau referensi pop culture yang akurat, mereka otomatis terasa lebih “masuk” dan dipercaya. Ini penting di era di mana konsumen (terutama Gen Z) menghindari iklan yang terlalu formal atau hard selling.
Meme yang relatable menciptakan rasa inklusivitas. Audiens merasa mereka sedang berinteraksi dengan brand yang “ngerti” mereka. Ini jauh lebih efektif daripada sekadar menyampaikan keunggulan produk.
2. Efisiensi Biaya
Membuat konten meme tidak memerlukan produksi mahal. Bahkan, meme dengan tampilan sederhana seringkali lebih efektif karena terasa lebih organik dan otentik. Buat brand kecil atau bisnis baru, ini jadi cara jitu untuk mencuri perhatian tanpa budget besar.
Meme dapat dibuat dengan tools sederhana seperti Canva, CapCut, atau bahkan langsung di Instagram Stories. Ini membuka peluang bagi siapa saja untuk memulai strategi branding meskipun dengan modal terbatas.
3. Viralitas Tinggi
Karena meme mudah dibagikan, potensi viralnya sangat tinggi. Satu meme yang kena di hati audiens bisa tersebar luas dan membawa eksposur besar bagi brand. Bahkan, akun-akun media besar bisa ikut memviralkannya, memperluas jangkauan tanpa biaya tambahan.
Viralitas juga meningkatkan kehadiran digital brand secara organik. Metrik seperti engagement rate, reach, dan follower growth bisa melonjak hanya karena satu konten yang relevan dan lucu.
4. Menunjukkan Kepribadian Brand
Di era personalisasi, brand bukan hanya soal produk, tapi juga soal kepribadian. Lewat meme, sebuah brand bisa menunjukkan apakah mereka lucu, sarkastik, santai, atau nyeleneh. Ini menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat dengan audiens.
Hal ini sejalan dengan tren konsumen masa kini yang lebih memilih berinteraksi dengan brand yang punya nilai dan karakter jelas. Meme menjadi salah satu jalan untuk menyampaikan identitas itu secara ringan namun mengena.
Contoh Brand yang Sukses Pakai Meme
1. Kopi Kenangan
Brand kopi lokal ini sering menggunakan meme untuk menyindir kebiasaan sehari-hari anak muda, dari masalah percintaan sampai kegalauan kerja. Hasilnya? Feed mereka selalu ramai komentar dan repost. Mereka berhasil membangun kedekatan emosional yang kuat dengan followers-nya.
2. Netflix
Netflix dikenal jago memanfaatkan meme untuk promosi film dan serial mereka. Dengan gaya bahasa yang santai dan memes yang relatable, mereka berhasil menjangkau generasi muda tanpa terasa sedang promosi. Bahkan, banyak meme mereka yang ikut mempopulerkan serial tertentu.
3. MS Glow Men
Brand skincare ini kerap menggunakan meme berbahasa lokal yang lucu dan dekat dengan keseharian laki-laki Indonesia. Strategi ini membuat konten mereka sering masuk FYP dan jadi perbincangan. Pendekatan ini juga membuat brand terlihat accessible dan tidak kaku.
Tips Bangun Branding dari Meme
1. Pahami Audiensmu
Tidak semua meme cocok untuk semua brand. Penting untuk tahu apa yang lucu dan relevan bagi target market kamu. Gunakan bahasa dan referensi yang mereka pahami.
Melakukan riset kecil tentang topik yang sedang tren di kalangan audiens sangat membantu. Gunakan fitur polling atau Q&A di Instagram untuk mendapatkan insight langsung.
2. Gunakan Tren dengan Cepat (Tapi Hati-Hati)
Tren meme bisa berubah sangat cepat. Gunakan momentum, tapi pastikan tidak asal ikut tren tanpa memahami konteksnya. Salah langkah bisa jadi bumerang.
Kamu juga perlu tahu batas etika dan sensitivitas dalam konten. Jangan sampai niat lucu justru memicu kontroversi atau backlash.
3. Jaga Tone dan Nilai Brand
Meskipun meme bersifat santai, kamu tetap harus menjaga konsistensi tone of voice brand. Jangan sampai humor yang digunakan bertentangan dengan nilai yang kamu bangun.
Misalnya, brand dengan nilai edukatif dan empowering tetap bisa bikin meme, tapi pastikan isi kontennya tidak menjatuhkan atau menyinggung kelompok tertentu.
4. Buat Original, Jangan Cuma Repost
Sesekali boleh ikut tren, tapi membuat meme original yang khas brand kamu akan menciptakan identitas lebih kuat dan mudah diingat.
Bahkan, kamu bisa menciptakan template meme sendiri yang jadi ciri khas visual brand. Ini bisa memperkuat recall dan meningkatkan kemungkinan konten dibagikan.
Kesimpulan: Bisnis + Humor = Kombinasi Kuat
Bagi Gen Z, membangun brand bukan cuma soal desain keren atau produk bagus, tapi juga soal bagaimana kamu hadir di kehidupan digital mereka. Lewat meme, kamu bisa jadi lebih dari sekadar brand kamu bisa jadi bagian dari obrolan sehari-hari. Dan itulah kekuatan sebenarnya dari branding di era meme.
Meme bukan cuma buat lucu-lucuan. Di tangan yang tepat, ia bisa jadi alat branding yang cerdas, murah, dan sangat efektif. Apalagi di tengah persaingan digital yang ketat, pendekatan yang ringan dan menghibur justru bisa jadi pembeda yang kuat.
Jadi, kalau kamu Gen Z yang lagi bangun brand atau bisnis, jangan ragu gunakan meme sebagai bagian dari strategi. Humor bisa jadi jalan tercepat menuju hati (dan feed) audiensmu.